Eni Lestari, Mantan TKI Yang Jadi Pejuang Kaum Buruh Migran

Eni Lestari, Mantan TKI Yang Jadi Pejuang Kaum Buruh Migran

3 Juli 2018 0 By vls

Eni Lestari Andayani Adi atau yang biasa dikenal Eni Lestari, wanita berperawakan mungil dan berkulit sawo matang asal Kediri Jawa Timur ini terpaksa merantau ke Hong Kong sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) setelah lulus SMA karena mata pencaharian keluarganya sebagai pedagang kecil di pasar gagal akibat krisis moneter pada saat itu. Ia terpaksa meninggalkan cita-citanya meneruskan sekolah untuk bekerja agar bermanfaat bagi keluarga.

 

Pengalaman pertama menjadi TKI

Saat pertama kali menjadi Asisten Rumah Tangga di Hong Kong tahun 1999, ia sama sekali tidak tahu hak-haknya sebagai TKI. Upah tidak dibayar berbulan-bulan, tidak diberi libur, tidak boleh berkomunikasi dengan orang lain, gaji yang dipotong agen dengan alasan biaya penempatan, dan paspor yang ditahan agen, membuatnya merasa terjebak dalam sistem perbudakan dan perdagangan manusia.

Namun pada akhirnya ia berhasil melarikan diri. Pada saat itu ia ditampung di shelter Bethune House yang dikelola oleh Mission for Migrant Workers. Dari situ ia menyadari banyak kasus pelanggaran dan kekerasan yang dialami buruh migran. Kemudian ia mulai mempelajari kasus-kasus tersebut lalu mengorganisir sesama TKI yang mengalami nasib serupa.

 

Foto: http://www.suarabmi.com/2016/08/eni-tkw-hong-kong-ini-akan-berpidato-di.html

 

Berbagai organisasi yang dipelopori

Siapa sangka TKI yang sudah bekerja selama 17 tahun dan berganti majikan 5 kali ini pada akhirnya menjadi pelopor berbagai organisasi pembela hak buruh migran. Pada tahun 2000 hingga 2001 ia menjabat sebagai ketua Asosiasi TKI di Hong Kong (ATKI – Hong Kong) dimana organisasi tersebut fokus pada pendidikan, pelayanan, dan kampanye sosial terkait TKI.  Pada tahun 2008 sampai sekarang ia menjabat ketua Aliansi Migran Indonesia (IMA). Ia juga menjabat sebagai ketua Persatuan Buruh Migran Indonesia Tolak Overcharging pada tahun 2007 sampai sekarang. Ia juga sempat menjadi anggota Global Alliance Against Traffic in Woman (GAATW). Selain itu ia aktif menjadi pembicara di berbagai forum yang membahas masalah buruh migran, antara lain: Campaign for People’s Goals for Suistainable Development (CPGSD) dan Asian Migran Coordinating Body (AMCB). Meskipun kegiatan organisasinya terbilang cukup padat, sampai saat ini ia masih menjadi TKI. Hari libur merupakan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman organisasinya.

 

Sosok Eni Lestari di mata keluarga

Menurut keluarganya, sejak dulu hingga sekarang Eni Lestari tidak pernah berubah. Ia masih pulang ke Indonesia setiap satu tahun sekali. Wanita pendiam yang dikenal gigih dan pantang menyerah tersebut cukup aktif berorganisasi semasa sekolah dan senang belajar bahasa Inggris dengan sang ayah. Namun selama ini ia tidak banyak bicara mengenai pekerjaan atau kegiatan diluar pekerjaan dengan keluarganya.

 

Berpidato dalam acara KTT PBB

Eni Lestari merupakan TKI pertama yang mendapat kesempatan berpidato dalam acara KTT PBB. Pada September 2016 dihadapan 32 pemimpin dunia, ia berpidato selama 3 menit menyuarakan kegelisahannya tentang kondisi buruh migran dunia, yaitu minimnya perlindungan dan eksploitasi. 3 poin yang ia sampaikan saat itu membahas pengalamannya menjadi buruh migran, aspirasi komunitasnya, dan apa yang bisa dilakukan PBB untuk mengatasi masalah-masalah buruh migran.

Ia merasa ada secercah harapan saat PBB mengijinkannya berpidato. Ia berharap lahir Undang-Undang yang benar-benar bisa melindungi dan memanusiakan kaum buruh. “Jangan bicara tentang kami tanpa melibatkan kami.” Selama ini ia merasa kebijakan yang ada justru tidak berpihak pada TKI. Ia ingin buruh migran di seluruh dunia mendapat keadilan, pelayanan, dan perlindungan dari pemerintah. Menurutnya selama ini para buruh migran menyelesaikan masalahnya sendiri dalam sistem yang tidak mengakui hak-hak mereka.

 

Diterbitkan oleh ZendMoney