Ima Matul Maisaroh, Mantan TKI yang Jadi Penasihat Presiden Obama
Siapa yang menyangka salah satu dari penasihat mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama adalah wanita keturunan Indonesia yang pernah menjadi TKI? Ima Matul Maisaroh, yang saat ini menjadi aktivis pemberantas perdagangan manusia merupakan mantan TKI yang menjadi korban kekerasan majikannya.
Terpaksa putus sekolah dan menikah muda
Wanita asal Malang Jawa Timur ini hanya mampu mengenyam pendidikannya hingga kelas 1 SMK. Ima terpaksa putus sekolah karena dilamar oleh pria yang usianya 12 tahun lebih tua darinya. Namun pernikahannya tidak berakhir dengan bahagia. Hingga di tahun 1997 Ima memutuskan untuk kabur ke Amerika ketika ada seseorang yang menawarkannya pekerjaan disana sebagai TKI dengan iming-iming gaji Rp 1,9 juta pada masa itu.
Pengalaman pertama menjadi TKI
Namun harapan Ima akan hidup yang lebih baik tidak sesuai dengan kenyataan. Saat pertama kali ia tiba di bandara LAX, majikannya langsung meminta passport Ima dan menahannya. Saat itu Ima harus bekerja lebih dari 12 jam setiap hari. Padahal menurut hukum di Amerika, kerja penuh waktu maksimal 40 jam per minggu, dengan upah minimum yang tinggi menurut ukuran Indonesia. Jika lebih dari 40 jam, harus dihitung sebagai lembur. Selain itu Ima tidak mendapat hari libur. Bahkan Ima selalu mendapat siksaan dan kekerasan fisik. Gaji yang dijanjikan pun tidak pernah ia dapatkan. Majikannya juga mengancam Ima agar tidak bicara dengan siapapun.
Berhasil kabur dan mendapat pertolongan, namun enggan melaporkan mantan majikannya
Pada saat itu Ima sadar bahwa ia terjebak dalam perdagangan manusia melalui modus penyalur TKI. Setelah 3 tahun Ima jalani pekerjaannya sebagai TKI dan mengalami banyak siksaan, pada tahun 2000 ia memutuskan untuk kabur. Dengan bahasa inggris yang pas-pasan pada saat itu, Ima memberanikan diri minta tolong pada pengasuh bayi tetangganya dengan menulis surat. Ia pun berhasil kabur setelah tetangganya mengatur strategi agar Ima bisa kabur dari majikannya dan mendatangi CAST (Coalisation to Abolish Slavery & Trafficking), organisasi masyarakat yang melawan segala bentuk perbudakan dan perdagangan manusia. Ima juga berhasil mendapatkan passportnya kembali saat menemui mantan majikannya dengan didampingi agen CIA dan FBI. Namun Ima enggan melaporkan tindakan penyiksaan mantan majikannya itu karena proses yang berbelit-belit dan bukti yang dinilai tidak cukup, walaupun sekujur tubuh Ima dipenuhi dengan memar-mamar akibat penyiksaan mantan majikannya.
Mengabdikan diri sebagai aktifis anti perdagangan manusia
Setelah bebas dari majikannya, ia justru enggan untuk kembali ke Indonesia dan memilih untuk menetap di CAST. Selama disana ia tekun belajar bahasa Inggris dan keterampilan dalam berorganisasi. Hingga pada tahun 2012 ia memutuskan untuk bekerja di CAST sebagai aktivis yang menentang perdagangan manusia dan perbudakan. Saat itu ia menjabat sebagai kordinator para korban perbudakan manusia.
Ditunjuk sebagai salah satu penasihat Presiden Obama
Tekat dan perjuangannya yang besar untuk memberantas perdagangan manusia dan perbudakan mempertemukan Ima dengan presidan Amerika Serikat saat itu, Barack Obama, dan pejabat lainnya seperti menteri luar negeri John Kerry. Hingga pada Desember 2015 ia diangkat menjadi salah satu penasihat Presiden Obama bersama dengan 11 anggota lainnya dari tim PITF (The President’s Interagency Task Force to Monitor and Combat Trafficking in Persons) atau lebih sederhananya adalah tim penasihat Presiden yang bertugas memantau kasus perdagangan manusia baik di Amerika maupun di dunia. Ima sempat menyampaikan keinginannya pada Presiden Obama untuk memulai program pemberantasan perdagangan manusia sesegera mungkin.
Berpidato dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat
Pada 26 Juli 2016, Ima sempat diundang menjadi pembicara pada Konvensi Nasional Partai Demokrat yang digelar di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, dimana calon presiden yang diusung adalah Hillary Clinton. Dalam pidato yang berdurasi 3 menit itu ia menceritakan perjuangannya selamat tiga tahun menjadi TKI yang kerap disiksa dan tidak digaji, dan sebagai korban perdagangan manusia, namun pada akhirnya bisa terbebas karena ditolong oleh CAST. Ia menceritakan keinginannya yang besar untuk menyelamatkan para korban perdagangan manusia dan perbudakan. Menurutnya Hillary Clinton sangat peduli terhadap kasus tersebut, oleh karena itu Ima sangat berharap besar padanya. Pidatonya tersebut diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah dari puluhan ribu delegasi konvensi.
Ima mengingatkan “kasus perdagangan manusia tidak hanya terjadi di luar negeri, hal itu juga terjadi disekitar kita.” Memberantas kasus perdagangan manusia dan perbudakan tidak hanya tugas beberapa orang atau organisasi saja, namun kita sebagai sesama manusia harus memerangi kejahatan yang melanggar hak asasi tersebut secara bersama-sama.
Diterbitkan oleh ZendMoney